Perdebatan sikroninasi agama dan sains sudah lama berlangsung, khususnya di kalangan liberalis, yang akhirnya selalu sampai pada satu kesimpulan bahwa Agama harus dipisahkan dari Sains. Saya berusaha memahami mengapa pemahaman itu terus berkembang, dan sungguh saya memahami, jika saya di posisi seorang liberalis, saya pasti juga akan berpikiran sama, karena saya sadar dasar dari pembenaran sikronisasi agama dan sains adalah belief (iman atau rasa percaya). Sehingga saya bersyukur, Allah menetapkan saya sebagai seorang muslim, Islam sebagai ideologi yang menuntun saya menjalani setiap aktivitas, termasuk kesikronan antara agama dan sains. Saya tidak memaksakan orang lain untuk mempercayai apa yang saya yakini, tapi sungguh saya kesulitan menyampaikan apa yang saya yakini mengenai sikronisasi antara agama dan sains dalam disertasi saya. Bukan karena kurang justifikasi, terlalu banyak bahkan, tapi karena saya harus menyampaikan dengan bahasa yang jelas, singkat, dan padat kepada orang yang membaca disertasi saya yang kemungkinan orang liberalis ataupun orang yang sama sekali tidak percaya adanya tuhan. Sepertinya menjadi yang sangat sulit ketika menyampaikan panjang lebar tentang sains and islam, ataupun keajaiban qur’an yang terkait dengan sains, jika orang yang kita ajak berdiskusi adalah orang yang tidak memiliki rasa percaya kepada tuhan. Hal itu terjadi kepada saya, ketika saya bercerita panjang lebar tentang keajaiban alquran yang terkait dengan sains, dan bukan keyakinan yang ada, namun pernyataan, bagaimana mungkin dia bisa percaya, jika keberadaan tuhanpun dia ragukan. Untuk itulah sungguh bab 8 di disertasi saya mengenai religious belief di science teaching, menjadi hal yang sangat berat saya rasakan. Bisa saya katakan bab ini sungguh menguras energi saya, tapi saya semakin merasakan bab ini sebagai refleksi diri saya terhadap keimanan saya.
Sebagai seorang muslim sekaligus guru sains, saya selalu berupaya mengintegrasikan Islam dengan mengajar saya. Saya percaya tidak ada pertentangan antara islam dan sains, jadi mengapa harus diperdebatkan. Saya yakin teman teman pasti sangatlah mudah menemukan references tentang hubungan sains dan islam. salah satunya adalah situs harun yahya yang sangat detail memberikan gambaran mengenai keterkaitan Islam dengan sains. Sekalipun setiap kali saya membaca, saya selalu mencoba memposisikan diri saya sebagai orang yang tidak percaya tuhan, sehingga saya bisa merasakan setiap kekuatan justifikasi yang diberikan. Selanjutjan saya percaya, pentingnya kekuatan iman di diri seorang guru. Saya yakin, seseorang yang memiliki pemahaman Islam yang baik akan menjadi pribadi-pribadi tangguh yang mengotimalkan setiap potensinya untuk bermanfaat bagi orang lain, bukankah itu harusnya salah satu tujuan pendidikan. Kembali mengenai Agama dan Sains, saya percaya guru sains yang memahami bahwa sisi keimanan/agamanya menjadi bagian dari identitasnya menjadi guru, akan selalu mengintegrasikan ilmu yang diajarkan dengan konsep keimanan itu sendiri, dan lagi lagi keimanan adalah sebuah proses yang tidak bisa dipaksakan. Sebuah proses yang merupakan kombinasi logika dan non-logika. Sungguh ketika keimanan itu tertanam di hati, setiap aktivitas menjadi refleksi keimanan itu sendiri..
You must log in to post a comment.